TANGERANG, KOMPAS.com - Mau menyelamatkan lingkungan hidup di masa depan? Mulailah dari anak-anak.
Ini sangat dipercaya oleh Oppie Andaresta saat merintis sampai melaksanakan kampanye Tur Edukasi Bumiku Lestari ke sekolah-sekolah di Jabodetabek dan sejumlah sekolah di luar Jawa. Menurutnya, anak-anak adalah agen perubahan yang efektif untuk menjamin keseimbangan ekosistem di masa depan.
Oleh karena itu, transfer pesan dilakukan pula dengan cara anak-anak, cara yang menyenangkan dan menarik. Bisa lewat musik, lagu dan tarian, lewat dongeng dan storytelling, lewat baca buku atau lewat kegiatan menggambar dan mewarnai.
Dalam tur yang dilakukan ke 9 sekolah se-Jabodetabek yang akan digelar 3-20 November mendatang, untuk anak-anak usia taman kanak-kanak (TK) sampai sekolah dasar (SD), Oppie dan kru menyampaikan pesan pola hidup ramah lingkungan melalui dongeng, lagu dan musik serta kegiatan mewarnai. Dalam tur yang dilakukan di Sekolah Harapan Bangsa, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Rabu lalu, kru Mobil Panda dari World Wild Fund (WWF) yang digandeng sebagai mitra tur menyiapkan gambar penyu dan orang utan dalam warna hitam putih.
Anak-anak yang duduk di kelas Kelompok Bermain (KB) tampak antusias saat mewarnai dengan pensil warna dan krayon yang sudah disediakan oleh panitia tur. Meski waktu akan segera habis, sebagian besar masih asyik mewarnai kertas bergambar yang mereka telah terima.
"Dengarkan anak-anak. Segera kumpulkan gambarnya ya. Kita akan ada acara mendengarkan lagu dan musik lagi di luar," ungkap Sri, salah satu guru KB dalam bahasa Inggris, bahasa pengantar di sekolah ini.
"Zea belum selesai?" tanyanya kepada seorang siswanya.
Gadis kecil berambut panjang itu menggeleng. Dia masih asyik berkreasi mewarnai gambar penyu laut yang diterimanya sambil sesekali sibuk memilih krayon di depannya. Setelah ditunggu, akhirnya Zea mengumpulkan hasil kreasinya itu.
Penyu diwarnainya dengan warna hijau muda, laut dengan warna biru dan tulisan 'Sahabat Satwa: Penyu' di atasnya dengan warna merah muda. Ketika ditanya tentang gambar apa, Zea mengangguk lalu menjawab sambil tersenyum.
"Ini gambar penyu. Hidupnya di laut yang bersih," tuturnya.
Sementara itu, teman Zea, Nathaya, akhirnya selesai mewarnai gambar orang utan. Dengan malu-malu, Nathaya mengatakan orang utan hidup di hutan.
"Hutan dijaga supaya orang utan bisa hidup," ungkapnya polos.
Sri mengatakan bahwa sebelum mewarnai anak-anak diberi penjelasan terlebih dahulu bahwa satwa-satwa ini perlu dilindungi. Caranya, dengan menjaga kelestarian alam sekitar. Paling tidak, lanjutnya, para siswanya terus dilatih untuk membuang sampah pada tempatnya.
Turun ke perilaku
Melalui kampanye seperti ini, anak-anak lebih mudah menerima pesan yang ingin disampaikan. Dari gambar, lagu, dongeng sampai prakarya, pesan positif yang ingin ditanamkan bisa diterima dengan mudah oleh otak anak dan akhirnya turun ke perilaku.
Namun, upaya ini butuh waktu panjang. Orangtua dan guru menjadi ujung tombak dari kampanye-kampanye mengenai pola hidup yang positif bagi anak.
Kepala SD dan SMP Skeolah Harapan Bangsa, Melany K Gigir mengatakan, sekolah memiliki program berkala yang diintegrasikan dalam interaksi dan pengajaran di sekolah setiap hari. Selain itu, sekolah juga kerap membina komunikasi yang efektif dengan orangtua siswa untuk memberitahukan kebiasaan-kebiasaan positif yang tengah diupayakan sekolah bagi anak-anaknya.
"Kita ada pertemuan orangtua murid dan guru yang rutin. Jadi kita sampaikan program sekolah dan kebiasaan di sekolah yang sedang dikembangkan. Kalau di sekolah kita ajarin tapi kalau di rumah enggak diterusin kan sama aja," tuturnya.
Romi, salah satu orangtua murid yang didaulat sebagai gitaris bintang tamu dalam tur ini mengatakan juga turut memberi pengajaran tentang pola hidup ramah lingkungan kepada anaknya, Fae, yang masih berusia playgroup.
"Iya, kita sinergi dengan sekolah. Saya ajarin ke anak saya untuk buang sampah misalnya pada tempatnya, kalau lagi sikat gigi pakai gelas, terus kalau misalnya mau ke tempat yang dekat, naik sepeda aja. Kebetulan, saya aktif Bike to Work," katanya di sela acara tur.
Menurutnya, anak-anak perlu diingatkan dengan teladan dan cara-cara yang menarik. Dengan demikian, dia memiliki pola perilaku yang positif untuk lingkungan sekitarnya.
ADS LINK 200 X 90
Ini sangat dipercaya oleh Oppie Andaresta saat merintis sampai melaksanakan kampanye Tur Edukasi Bumiku Lestari ke sekolah-sekolah di Jabodetabek dan sejumlah sekolah di luar Jawa. Menurutnya, anak-anak adalah agen perubahan yang efektif untuk menjamin keseimbangan ekosistem di masa depan.
Oleh karena itu, transfer pesan dilakukan pula dengan cara anak-anak, cara yang menyenangkan dan menarik. Bisa lewat musik, lagu dan tarian, lewat dongeng dan storytelling, lewat baca buku atau lewat kegiatan menggambar dan mewarnai.
Dalam tur yang dilakukan ke 9 sekolah se-Jabodetabek yang akan digelar 3-20 November mendatang, untuk anak-anak usia taman kanak-kanak (TK) sampai sekolah dasar (SD), Oppie dan kru menyampaikan pesan pola hidup ramah lingkungan melalui dongeng, lagu dan musik serta kegiatan mewarnai. Dalam tur yang dilakukan di Sekolah Harapan Bangsa, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Rabu lalu, kru Mobil Panda dari World Wild Fund (WWF) yang digandeng sebagai mitra tur menyiapkan gambar penyu dan orang utan dalam warna hitam putih.
Anak-anak yang duduk di kelas Kelompok Bermain (KB) tampak antusias saat mewarnai dengan pensil warna dan krayon yang sudah disediakan oleh panitia tur. Meski waktu akan segera habis, sebagian besar masih asyik mewarnai kertas bergambar yang mereka telah terima.
"Dengarkan anak-anak. Segera kumpulkan gambarnya ya. Kita akan ada acara mendengarkan lagu dan musik lagi di luar," ungkap Sri, salah satu guru KB dalam bahasa Inggris, bahasa pengantar di sekolah ini.
"Zea belum selesai?" tanyanya kepada seorang siswanya.
Gadis kecil berambut panjang itu menggeleng. Dia masih asyik berkreasi mewarnai gambar penyu laut yang diterimanya sambil sesekali sibuk memilih krayon di depannya. Setelah ditunggu, akhirnya Zea mengumpulkan hasil kreasinya itu.
Penyu diwarnainya dengan warna hijau muda, laut dengan warna biru dan tulisan 'Sahabat Satwa: Penyu' di atasnya dengan warna merah muda. Ketika ditanya tentang gambar apa, Zea mengangguk lalu menjawab sambil tersenyum.
"Ini gambar penyu. Hidupnya di laut yang bersih," tuturnya.
Sementara itu, teman Zea, Nathaya, akhirnya selesai mewarnai gambar orang utan. Dengan malu-malu, Nathaya mengatakan orang utan hidup di hutan.
"Hutan dijaga supaya orang utan bisa hidup," ungkapnya polos.
Sri mengatakan bahwa sebelum mewarnai anak-anak diberi penjelasan terlebih dahulu bahwa satwa-satwa ini perlu dilindungi. Caranya, dengan menjaga kelestarian alam sekitar. Paling tidak, lanjutnya, para siswanya terus dilatih untuk membuang sampah pada tempatnya.
Turun ke perilaku
Melalui kampanye seperti ini, anak-anak lebih mudah menerima pesan yang ingin disampaikan. Dari gambar, lagu, dongeng sampai prakarya, pesan positif yang ingin ditanamkan bisa diterima dengan mudah oleh otak anak dan akhirnya turun ke perilaku.
Namun, upaya ini butuh waktu panjang. Orangtua dan guru menjadi ujung tombak dari kampanye-kampanye mengenai pola hidup yang positif bagi anak.
Kepala SD dan SMP Skeolah Harapan Bangsa, Melany K Gigir mengatakan, sekolah memiliki program berkala yang diintegrasikan dalam interaksi dan pengajaran di sekolah setiap hari. Selain itu, sekolah juga kerap membina komunikasi yang efektif dengan orangtua siswa untuk memberitahukan kebiasaan-kebiasaan positif yang tengah diupayakan sekolah bagi anak-anaknya.
"Kita ada pertemuan orangtua murid dan guru yang rutin. Jadi kita sampaikan program sekolah dan kebiasaan di sekolah yang sedang dikembangkan. Kalau di sekolah kita ajarin tapi kalau di rumah enggak diterusin kan sama aja," tuturnya.
Romi, salah satu orangtua murid yang didaulat sebagai gitaris bintang tamu dalam tur ini mengatakan juga turut memberi pengajaran tentang pola hidup ramah lingkungan kepada anaknya, Fae, yang masih berusia playgroup.
"Iya, kita sinergi dengan sekolah. Saya ajarin ke anak saya untuk buang sampah misalnya pada tempatnya, kalau lagi sikat gigi pakai gelas, terus kalau misalnya mau ke tempat yang dekat, naik sepeda aja. Kebetulan, saya aktif Bike to Work," katanya di sela acara tur.
Menurutnya, anak-anak perlu diingatkan dengan teladan dan cara-cara yang menarik. Dengan demikian, dia memiliki pola perilaku yang positif untuk lingkungan sekitarnya.